Cardiology Hotspot Headline Animator

Rabu, 16 Juli 2008

Valsartan Memperbaiki Kekakuan Arteri Pada Pasien Diabetes Tipe 2, lebih baik daripada Amlodipine ?


Kalbe.co.id - Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Dr. Janaka Karalliedde dan rekan dari King's College London School of Medicine menemukan bahwa valsartan, sebuah obat antihipertensi dari golongan ARB (Angiotensin Receptor Blocker) dapat memperbaiki kekakuan arteri lebih baik dibandingkan dengan amlodipine, pada pasien dengan diabetes tipe 2 dengan hipertensi sistolik dan albuminuria. Temuan ini dimuat dalam jurnal Hypertension edisi Juni 2008.

Penelitian yang dilakukan oleh dr. Janaka bertujuan untuk mengetahui apakah ARB dalam hal ini valsartan dapat memperbaiki kekakuan arteri, dibandingkan dengan amlodipine, yang merupakan obat antihipertensi golongan CCB (Calcium Channel Blocker):
• Penelitian : acak
• Jumlah pasien : 131 pasien dengan hipertensi sistolik dan albuminuria
• Lama penelitian : 24 minggu, dengan washout period 4 minggu
• Terapi :
  • Selama wash out 4 minggu: moxonidine
  • Valsartan 160 mg (n=66)
  • Amlodipine 5 mg (n=65)
  • Setelah 4 minggu kemudian HCT 25 mg ditambahkan pada valsartan dan dosis amlodipine dititrasi hinggá 10 mg untuk memastikan control tekanan darah yang sama dengan valsartan
• Metode penilaian :
  • Aortic pulse wave velocity
• Hasil penelitian:
  • Setelah minggu ke-24, tekanan denyut arteri brachial dan aorta menurun pada kedua kelompok terapi.
  • Perbedaan lainnya yang ditimbulkan adalah:

Dr. Karadille dan rekan mengatakan bahwa perbaikan daripada kekakuan arteri terhadap respon obat antihipertensi sangatlah penting untuk meningkatkan angka survival pasien dengan gagal ginjal tahap akhir dan penelitian yang telah mereka lakukan memperlihatkan perlunya penanganan yang cepat, yang memberikan keuntungan lebih selain menurunkan tekanan darah dan dapat dapat memberikan keuntungan tambahan dalam mengurangi aortic pulse wave velocity.

Kesimpulan dan apa yang harus kita telah lebih lanjut mengenai penelitian ini:

  • Hasil penelitian yang dilakukan oleh dr. Karalliedde dan rekan menyimpulkan bahwa valsartan dapat mengurangi kekakuan arteri lebih baik dibandingkan dengan amlodipine.Yang menjadi pertanyaan adalah, apakah penambahan HCT 25 mg menurunkan tekanan darah seimbang dengan penambahan amlodipine 5 mg (menjadi 10 mg)? Kalau ingin seimbang mengapa tidak diberikan obat antihipertensi tambahan yang sama? (misalnya keduanya sama diberikan HCT, dengan dosis amlodipine tetap 5 mg)
  • Atau yang harus dipikirkan adalah, apakah obat diuretik, yang selama ini diremehkan tidak memiliki fungsi apa-apa terhadapa pembuluh vaskular, justru memiliki keuntungan memperbaiki vaskular? Apakah mungkin justru  aortic pulse wave velocity disebabkan karena adanya tambahan pemberian diuretik?? Hal ini tidak boleh disampingkan begitu saja.
  • Tentu saja valsartan memperbaiki albumin excretion rate lebih baik dibandingkan dengan amlodipine, karena valsartan temasuk ke dalam golongan ARB yang memang baik mengurangi mikro dan makro albuminuria. Seharusnya kita juga melihat, walaupun tidak bermakna, namun amlodipine juga dapat mengurangi albuminuria.
  • Dalam sebuah penelitian yang dilakukan sebelumnya selama 12 minggu dan dipublikasikan dalam Effects of amlodipine and valsartan on vascular damage and ambulatory blood pressure in untreated hypertensive patients, Journal of Human Hypertension 2006, diketahui bahwa selain valsartan, amlodipine juga dapat memperbaiki kekakuan arteri pada pasien-pasien hipertensi. Jadi hasil dari penelitian ini masih perlu dipertanyakan.
  • Penelitian ini memperlihatkan bahwa valsartan lebih baik dibandingkan dengan amlodipine dalam memperbaiki kekakuan pembuluh darah dan menurunkan pengeluaran albumin... atau penelitian ni memperlihatkan kepada kita gambaran lain mengenai keuntungan yang diberikan amlodipine atau adakah manfaat lain oleh HCT yang belum kita ketahui?


Related Articles:

  • CARDIA: OxLDL dan Sindroma Metabolik

  • Spironolactone untuk hipertensi tidak terkontrol: “Be Not Too Fast to Cast the Old Aside”

  • Succinobucol : obat antioksidan dengan kemampuan anti inflamasi

  • Kalsitriol sebagai Heart Tranquilezer

  • Lercanidipine plus Enalapril (Zanitek)
  • Selasa, 08 Juli 2008

    Simvastatin plus ezetimibe


    Kalbe.co.id - Pemberian obat-obat statin pada pasien dengan hiperkolesterolemia tidak diragukan pengaruhnya dalam menurunkan kadar kolesterol densitas rendah (LDL-C). Obat-obat golongan statin telah digunakan secara luas dan merupakan obat penurun kolesterol yang paling sering diberikan pada pasien dengan gangguan hiperkolesterolemia. Namun pada pasien-pasien tertentu perlu dilakukan penurunan LDL-C yang lebih banyak, karena belum melampaui target dengan obat golongan statin yang tersedia sekarang, seperti yang telah ditentukan oleh Kalbe.co.id - National Cholesterol Education Program Adult Treatment Panel III (NCEP ATP III).

    Diperkirakan bahwa terapi obat kombinasi, seperti kombinasi antara obat golongan statin, fibrat dan niacin dapat memberikan hasil terapi yang lebih bermakna dibandingkan dengan pemberian obat tunggal, sehingga lebih banyak pasien yang tidak mencapai target terapi dapat mencapai target kadar kolesterol darah. Namun sebagaimana kita ketahui bersama, terapi kombinasi dapat meningkatkan efek samping, intoleransi pasien, mempengaruhi compliance pasien. Belum lagi masalah interaksi obat.

    Ezetimibe merupakan obat antihiperlipidemia yang menghambat absorbsi kolesterol tanpa mempengaruhi penyerapan trigliserida (TG) dan vitamin yang larut dalam air.

    Absorbsi ezetimibe berlangsung dengan cepat, berkonjugasi dengan glucuronide di usus dan diekskresikan terutama di feses. Selain itu ezetimibe memiliki waktu paruh yang panjang (24 jam), sehingga diberikan dengan dosis 1 kali sehari. Dalam sebuah penelitian menggunakan ezetimibe, pemberian ezetimibe relatif aman dan efek samping yang timbul tidak berbeda bermakna dengan efek samping yang terjadi pada kelompok plasebo.

    Ezetimibe diperkirakan dapat menjadi obat tambahan bagi obat-obat yang menghambat sintesis kolesterol, seperti obat golongan statin. 2 pilot-study telah dilakukan untuk mengetahui pengaruh farmakologik dan farmakodinamik pemberian statin dan ezetimibe pada pasien hiperkolesterolemia. Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa pemberian obat kombinasi pada pasien hiperkolesterolemia memberikan pengaruh tambahan pada penurunan LDL-C, dan relatif aman dan ditoleransi pasien dengan baik.

    Salah satu penelitian lain yang dilakukan adalah untuk mengetahui efektifitas dan keamanan ezetimibe apabila diberikan bersamaan dengan simvastatin pada pasien dengan hiperkolesterolemia primer, dibandingkan dengan pemberian simvastatin sebagai monoterapi. Setelah pasien-pasien dalam penelitian ini distabilisasi dengan diet, dimulailah penelitian acak, 4 minggu placebo lead-in period tersamar tunggal, periode washout 2 – 12 minggu. Pasien yang terlibat, memiliki kadar lemak dalam darah:

    * LDL-C 145 mg/dl - 250 mg/dl, dan

    * Trigliserida (TG) 350 mg/dl

    Pasien-pasien dalam penelitian diacak ke dalam satu dari 10 kelompok yang telah diberikan terapi untuk 12 minggu:

    * ezetimibe 10 mg

    * simvastatin 10, 20, 40, atau 80 mg

    * ezetimibe 10 mg plus simvastatin 10, 20, 40, atau 80 mg, atau

    * placebo

    Hasil penelitian:

    * Ezetimibe plus simvastatin LDL-C (p < p =" 0.03),">

    * Ezetimibe plus simvastatin memberikan penurunan lebih banyak 13,8% pada penurunan kadar LDL-C, peningkatan 2,4% HDL-C dan penurunan 7,5% TG, dibandingkan dengan simvastatin sebagai monoterapi.

    * Baik pemberian kombinasi ezetimibe 10 mg plus simvastatin 10 mg, dan simvastatin tunggal 80 mg menyebabkan penurunan LDL-C 44%

    * Pemberian kombinasi ezetimibe dengan simvastatin ditoleransi dengan baik, dengan profil keamanan tidak berbeda dengan pemberian simvastatin sebagai monoterapi dan placebo.

    Selain penelitian di atas, dalam Congress of the European Atherosclerosis Society (EAS) yang ke 76, Dilaporkan mengenai hasil penelitian, di mana dikatakan bahwa ezetimibe dapat menurunakan konsentrasi LDL-C dan juga kadar kolesterol non-HDL, seperti apolipoprotein B (Apo-B). Dengan demikian, ezetimibe dapat menurunkan risiko kejadian kardiovaskular pada pasien dengan dislipidemia primer.

    Penelitian yang dipresentasikan bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ezetimibe pada 50 pasien dengan dislipidemia primer. Hasil dari penelitian tersebut jelas memperlihatkan penurunan kadara LDL-C, namun juga dilaporkan mengenai penurunan kadar HDL-C. Mengenai hal ini, perlu sekali diketahui pengaruh pemberian ezetimibe terhadap penurunan HDL-C melalui penelitian-penelitian lebih lanjut dan lebih besar.

    Namun, penelitian ENHANCE (Ezetimibe and Simvastatin in Hypercholesterolemia Enhances Atherosclerosis Regression), memperlihatkan bahwa tidak ada perbedaan antara pemberian simvastatin plus ezetimibe dibandingkan dengan pemberian simvastatin sebagai monoterapi dalam menghambat progresifitas aterosklerosis karotis pada pasien dengan hiperolesterolemia primer. Padahal ezetimibe telah dipasarkan dengan luas dan telah mencapai penjualan 5 miliar dollar di seluruh dunia. Diperkirakan bahwa angka penjualan ini akan menurun. Dari pooling yang dilakukan oleh theheart.org, dari 60% responden diketahui bahwa akan terjadi penurunan penggunaan obat ini.

    Penelitian ENHANCE gagal untuk mendukung efektifitas pemberian ezetimibe yang ditambahkan pada simvastatin dalam menurunkan progresifitas aterosklerosis pada pasien dengan hiperkolesterolemia primer, walaupun obat kombinasi ini dapat menurunkan kadar LDL-C dan kadar C-Reactive Protein (CRP).

    Sampai ada data-data yang lebih lengkap mengenai hasil penelitian ENHANCE, ada anjuran bagi para klinisi untuk memaksimalisasi pemberian statin, serta memberikan tambahan obat golongan niacin dan fibrat, sebelum mempertimbangkan memberikan ezetimibe.

    Banyak ahli menganjurkan untuk tidak terlalu memfokuskan disi pada penelitian ini, sebagaimana diserukan pada American College of Cardiology (ACC). Namun dr. Steven Nissen dari Cleveland Clinic berkeras dengan pendapat bahwa, tanpa adanya bukti nyata yang menguntungkan kesehatan, obat ini seharusnya tidak diberikan

    Kesimpulan:

    1. Dalam sebuah penelitian, pemberian ezetimibe sebagai monoterapi dapat menurunkan kadar LDL-C dan menurunkan kadar konsentrasi non-HDL-C. Namun dalam penelitian ini juga, ezetimibe menurunkan HDL-C, yang sebenarnya berguna bagi kesehatan.

    2. Bila diberikan bersamaan dengan simvastatin, ezetimibe memberikan penurunan tambahan terhadap kadar LDL-C dan TG, serta peningkatan tambahan terhadap kadar HDL-C.

    3. Pemberian simvastatin bersamaan dengan ezetimibe relatif aman bagi pasien dan sebanding tolerabilitasnya dengan pemberian statin sebagai monoterapi.

    4. Penelitian ENHANCE gagal untuk mendukung efektifitas pemberian ezetimibe yang ditambahkan pada simvastatin dalam menurunkan progresifitas aterosklerosis pada pasien dengan hiperkolesterolemia primer, walaupun obat kombinasi ini dapat menurunakan kadar LDL-C dan kadar C-Reactive Protein (CRP).

    5. Sampai saat ini, pemberian ezetimibe sebagai terapi tambahan pada pasien dengan hiperkolesterolemia primer masih kontroversial. Ada pendapat bahwa sampai ada lebih banyak data yang dipublikasikan mengenai terapi kombinasi ini, pemberian terapi simvastatin sebaiknya dimaksimalkan dan apabila perlu dikombinasikan, dapat diberikan tambahan obat golongan niacin dan fibrat, sebelum mempertimbangkan memberikan ezetimibe.

    This Article can be found by going to http://www.kalbe.co.id


    Studi ACCOMPLISH : Amlodipine+ACEi adalah Kombinasi Terbaik

    Kalbe.co.id - Pada sesi ilmiah Kalbe.co.id - American College of Cardiology 2008 yang diadakan pada tanggal 1 April 2008, dipresentasikan data-data dari penelitian Avoiding Cardiovascular Events in Combination Therapy in Patients Living with Systolic Hypertension (ACCOMPLISH). Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa obat tunggal dengan mekanisme kerja ganda, yang diberikan pada pasien-pasien dengan hipertensi risiko tinggi, dengan bermakna menurunkan angka kejadian dan kematian karena kardiovaskular 20% lebih banyak dibandingkan dengan terapi konvensional.

    Dalam penelitian ACCOMPLISH, yang merupakan penelitian mengenai morbiditas dan mortalitas, diperbandingkan pengaruh dari 2 macam terapi kombinasi terhadap angka kejadian kardiovaskular fatal dan nonfatal. Penelitian ini dihentikan lebih awal, karena pengobatan menggunakan terapi antihipertensi kombinasi benazepril (penghambat ACE, Angiotensin Converting Enzyme) dengan amlodipine (CCB, Calcium Channel Blocker) lebih efektif dibandingkan dengan kombinasi pengobatan penghambat ACE yang dikombinasikan dengan diuretik.

    Peneliti dr. Kenneth Jamerson dari University of Michigan, Ann Arbor yang mempresentasikan hasi penelitian ini mengatakan bahwa apabila kombinasi antihipertensi CCB dengan penghambat ACE diberikan pada pasien hipertensi, akan menghasilkan control tekanan darah yang sungguh baik. Hasil baik ini juga ditemukan pada pasien yang diberikan penghambat ACE bersamaan dengan diureti, namun pemberian kombinasi penghambat ACE dengan CCB memebrikan penurunan angka kejadian kardiovaskular lebih rendah 20%.

    Hasil penelitian ACCOMPLISH merupakan hasil yang ebrsifat “paradigm-shifting” (ada pergeseran paradigma), dan menantang penatalaksanaan penanganan (guidelines), terutama dalam hal penggunaan obat antihipertensi tunggal dan penggunaan diuretik bersamaan dengan penghambat ACE.

    Hingga kini, terapi yang direkomendasikan untuk pasien dengan hipertensi stadium 1 adalah diuretik golongan tiazida dengan pertimbangan pemberian obat antihipertensi tambahan penghambat ACE, angiotensin-receptor blockers (ARB), beta blocker dan CCB. Pada pasien dengan hipertensi stadium 2, yaitu pasien dengan tekanan darah ≥ 160/≥ 100 mm Hg dapat diberikan kombinasi 2 macam obat, yang mana direkomendasikan pemberian diuretic dengan obat penghambat ACE.

    Penelitian yang dilakukan:

    • Tujuan : membandingkan pengaruh pemberian 2 kombinasi obat antihipertensi, terhadap kejadian kardiovaskular fatal dan nonfatal

    • Jumlah pasien : 11.400 pasien pria dan wanita yang:

    * Berusia 55 atau lebih

    * Tekanan darah sistolik ≥ 160 mm Hg, atau sedang diterapi dengan obat antihipertensi

    * Dengan penyakit kardiovaskular atau ginjal ayng nyata atau dengan kerusakan target organ

    * Obesitas

    * 60% dari pasien dalam penelitian ini tenderita diabetes melitus

    * (lebih dari 70% pasien telah diterapi dengan obat antihipertensi, Namur hanya 37,5% pasien mencapai control tekanan darah, yaitu <140/90>

    • Terapi : Terapi kombinasi Benazepril plus HCT atau Amlodipine plus benazepril

    • Hasil :

    * Setelah 36 bulan, terjadi perbaikan pada tekanan darah, dengan >75% pasien pada kedua kelompok pengobatan memiliki tekanan darah <140/90>

    * Selain itu para peneliti melaporkan bahwa terapi kombinasi dengan amlodipine plus benazepril menurunkan angka kejadian kesakitan dan kematian kardiovaskular:

    + Kematian kardiovaskularI

    + Infark miokard fatal dan nonfatal

    + Stroke fatal dan nonfatal

    + Rawat inap karena angina pektoris stabil, serta

    + Penurunan kejadian revaskularisasi

    * Semua ini lebih besar 20% dibandingkan dengan kelompok yang diterapi dengan benazepril plus diuretik.

    • ACCOMPLISH: titik akhir primer dan sekunder

    End point

    Hazard ratio (95% CI)

    Kematian karena kardiovaskular


    0.80 (0.71–0.90)

    Kesakitan dan kematian kardiovaskular (tidak termasuk revaskularisasi koroner)

    0.79 (0.68–0.92)

    Mortalitas kardiovaskular

    1.34 (0.98–1.84)

    Infark Miokard Nonfatal

    1.09 (0.92–1.45)

    Stroke Nonfatal

    1.22 (0.91–1.63)

    Rawat inap untuk angina tidak stabil

    1.36 (0.87–2.13)

    Revaskularisasi koroner

    1.11 (0.95–1.30)

    Selanjutnya, dr. Michael Weber dari SUNY Downstate Medical Center, Brooklyn, New York, yang merupakan anggota komite dari penelitian ACCOMPLISH juga mengatakan bahwa hasil penelitian ini akan mengubah tatalaksana penanganan hipertensi, yang mana rekomendasi yang dianjurkan sekarang adalah kombinasi, namun salah satunya adalah diuretik. Dr. Salim Yusuf dari McMaster University, Hamilton, mengatakan bahwa penelitian ini terlihat baik, namun perlu dipantau hingga semua hasil penelitian dipublikasikan. Dr. Yusuf mengatakan, kalau berdasarkan hasil penelitian yang ada sekarang, penelitian ACCOMPLISH akan mengubah guidelines yang ada sekarang.

    Kesimpulan

    1. Hasil dari penelitian ACCOMPLISH yang telah dipublikasikan menunjukkan bahwa pemberian obat antihipertensi amlodipine dengan benazepril lebih baik dibandingkan dengan terapi antihipertensi yang dianjurkan untuk kombinasi (diuretik plus salah satu obat antihipertensi, dalam hal ini penghambat ACE).

    2. Pemberian amlodipine dengan benazepril menurunkan angka kejadian kardiovaskular 20% lebih banyak dibandingkan dengan terapi konvensional (diuretik plus penghambat ACE (benazepril)

    3. Sedang ditunggu semua hasil penelitian ACCOMPLISH, dan jika hasil lain penelitian ini baik, maka penelitian ini akan mengubah pedoman penanganan hipertensi yang telah ada.

    This Article can be found by going to http://www.kalbe.co.id


    Sabtu, 05 Juli 2008

    PKB Kardiologi X : Toward a Better Management of Cardiovascular DIsease


    Calendar of Event



    PKB Kardiologi X : Toward a Better Management of Cardiovascular DIsease
    Kategori : Lokal
    Tempat : JW Marriott Hotel
    Kota : Surabaya
    Tanggal : 12 Jul 2008 - 13 Jul 2008
    Waktu : 00:00 - 00:00
    Event : PKB Kardiologi X
    Topik : PKB Kardiologi X : Toward a Better Management of Cardiovascular DIsease
    Kalangan : Spesialis, umum
    Sekretariat : Departemen-SMF Kardiologi dan Kedokteran Vaskular FK UNAIR - RSU dr. Soetomo
    Email : kardiologi@fk.unair.ac.id
    Phone : (031)5501604, 5020362,5031752
    Fax : (031)5020362, 5031752
    Catatan : Workshops: * Hands on Coronary Angiography Course (10-11 Juli 2008, IDIK RSU dr. Soetomo * ACS and Cardiac Emergencies (11 Juli 2008, JW Marriott Hotel, Surabaya) * Workshop Echo/ Imaging (11 Juli 2008, JW Marriott Hotel, Surabaya) * BLS for Nurse (11 Juli 2008, JW Marriott Hotel, Surabaya)

    Emergency Cardiovascular Disease in Daily Practice


    Emergency Cardiovascular Disease in Daily Practice
    Kategori : Nasional
    Tempat : National Cardiovascular Center Harapan Kita Auditorium
    Kota : Jakarta
    Tanggal : 12 Jul 2008 - 13 Jul 2008
    Waktu : 07:00 - 16:00
    Event : Symposium on Clinical Cardiology and ECG Course
    Topik : Emergency Cardiovascular Disease in Daily Practice
    Kalangan : Mahasiswa Kedokteran, Dokter Umum, Dokter Spesialis
    Sekretariat : PJN Harapan Kita Jl. S.Parman Kav. 87 Lantai 4
    Email : kardiologi.pld@gmail.com
    Phone : 5684085
    Contact Person : Ibu Rini
    Catatan : Limited seat See the leaflet for detail
    URL : www.kardiologi-ui.com

    Jumat, 04 Juli 2008

    Kendalikan Stres dan Hipertensi, Raih Produktifitas



    03 Jul 2008

    Berdasar Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001, data Pola Penyebab Kematian Umum di Indonesia, penyakit jantung dan pembuluh darah dianggap sebagai penyakit pembunuh nomor 1 di Indonesia. Dan gangguan jantung dan pembuluh darah seringkali bermula dari hipertensi, atau tekanan darah tinggi. Selain itu, hipertensi yang merupakan suatu kelainan vaskuler awal, dapat menyebabkan gangguan ginjal, merusak kerja mata, dan menimbulkan kelainan atau gangguan kerja otak sehingga dapat menghambat pemanfaatan kemampuan intelegensia secara maksimal.

    Diperkirakan 250 orang menghadiri Seminar Pengendalian Hipertensi Berhubungan dengan Stres dan Intelegensi untuk Hidup Berkualitas yang dilaksanakan Rabu, 2 Juli 2008, di Gedung Serbaguna Depkes Blok C, Jl. HR Rasuna Said Jakarta Selatan. Partisipan terdiri dari para pegawai di lingkungan Departemen Kesehatan, Pengurus Dharma Wanita Departemen Kesehatan dan beberapa undangan lain termasuk keluarga para pegawai, terutama yang telah berusia di atas 40 tahun, yang datang untuk mendengarkan penjelasan dari para pembicara yaitu ahli jantung dari RS Mitra Kelapa Gading, ahli kesehatan jiwa dari RSJ Soeharto Heerdjan Grogol, dan Ketua Perhimpunan Hipertensi Indonesia.
    Seminar sehari ini dilaksanakan atas kerjasama antara Biro Kepegawaian, Biro Umum, Direktorat Kesehatan Jiwa, Direktorat Penyakit Tidak Menular, Pusat Intelegensia, Pusat Promosi Kesehatan dan Pusat Komunikasi Publik. Kegiatan ini merupakan bagian dari rangkaian peringatan Hari Hipertensi Sedunia, 17 Mei 2008, yang puncaknya akan diselenggarakan pada minggu pertama bulan Agustus 2008 di Istana negara. Berbagai pihak terlibat dalam rangkaian acara ini, pemerintah, swasta, pemuda, lembaga swadaya masyarakat dan berbagai kelompok masyarakat.

    Menurut Sekretaris Jenderal Depkes, dr. Sjafii Ahmad, MPH, dalam sambutan pembukaan seminar, hipertensi sebetulnya merupakan penyakit yang dapat dicegah jika faktor risiko dapat dikendalikan. Pengendalian hipertensi harus didasari partisipasi dan pemberdayaan masyarakat, dengan mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat. Sesjen mengharapkan gahwa seminar dapat menambah wawasan peserta, khususnya pegawai Depkes dan keluargannya. Deteksi dini bagi mereka yang belum teridentifikasi dan kepatuhan minum obat bagi yang sudah terkena hipertensi adalah kunci pengendalian hipertensi.

    Agar angggota masyarakat dapat menjaga diri dari hipertensi, karena sebetulnya hipertensi dapat dicegah dengan mengendalikan faktor risiko, yang salah satunya adalah keadaan tertekan yang sering disebut stres. Stres dapat memicu peningkatan hormon adrenalin dan kortisol, juga sering membuat orang memiliki kebiasaan makan yang kurang baik, mengkonsumsi rokok atau merokok, dan meninggalkan olah raga. Keadaan-keadaan tersebut jika tidak ditanggulangi, berpotensi menjadi faktor risiko hipertensi. Pengendalian stres berdampak besar pada penurunan tekanan darah. Jadi, mengendalikan tekanan psikologis berarti mengendalikan tekanan darah. Selain itu, hipertensi juga dapat dicegah dengan program hidup sehat tanpa rokok, olah raga cukup, konsumsi makanan berserat, pengurangan asupan garam.

    Dari pemeriksaan kesehatan terhadap 500 pegawai Departemen Kesehatan, terdeteksi bahwa 99 orang menderita hipertensi. Prevalensi hipertensi di Indonesia diperkirakan mencapai 17-21% dari populasi, dan kebanyakan tidak terdeteksi karena manusia dapat saja mengalami gangguan hipertensi tanpa merasakan gangguan atau gejalanya. Menurut WHO, dari 50% penderita hipertensi yang terdeteksi, hanya 25% mendapat pengobatan, dan hanya 12,5% dapat diobati dengan baik.

    Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi melalui nomor telepon/faks: 021-5223002 dan 52960661, atau alamat e-mail puskom.publik@yahoo.co.id.

    Rabu, 02 Juli 2008

    Beberapa Fakta tentang Rokok




    Nikotin, adalah salah satu zat yang terdapat di rokok. Nikotin mempunyai efek stimulan dan adiksi/ ketagihan yang sangat kuat dan merupakan racun yang sangat kuat sehingga sering menjadi bahan dasar insektisida.

    Rokok mengandung sedikit nikotin dan sebagian besar rusak oleh panasnya api rokok. Tetapi walaupun sedikit, tetapi cukup membuat adiksi. Jumlah nikotin yang diserap tubuh tergantung dari beberapa faktor misal jenis rokok, kedalaman menghisap rokok dan pemakaian filter.

    Dalam dosis kecil nikotin berfungsi sebagai stimulan saraf, meningkatkan aliran adrenalin dan menstimulasi hormon, meningkatkan denyut jantung sehingga bisa menjadi tak teratur (irregular) serta bisa menyebabkan tekanan darah naik dan mengurangi nafsu makan. Juga bisa menyebabkan mual dan muntah.

    Efek lain seperti kerusakan paru dan kanker paru disebabkan oleh komponen lain seperti tars dan produk-produk lain. Rokok berperan 90% dalam kasus kanker paru. Selain itu menyebabkan kanker larynx, rongga mulut esophagus, kandung kemih ginjal dan pankreas. Selain kanker, rokok juga meningkatkan risiko stroke, penyakit jantung koroner, prematuritas dan kematian janin pada kandungan.

    Kandungan zat berbahaya pada rokok adalah:

    1. Dalam bentuk sediaan utuh:

    1. "Tar"a à menyebabkan Kanker

    2. Polynuclear aromatic hydrocarbons à menyebabkan kanker

    3. Nicotine à stimulan dan depresan saraf dan endokrin; zat adiktif

    4. Phenol à membantu timbulnya kanker dan menyebabkan iritasi

    5. Cresol à membantu timbulnya kanker dan menyebabkan iritasi

    6. b-Naphthylamine à menyebabkan Kanker

    7. N-Nitrosonornicotine à menyebabkan Kanker

    8. Benzo[a]pyrene à menyebabkan Kanker

    9. Trace metals (e.g., nickel, arsenic, polonium 210) à menyebabkan Kanker

    10. Indole à Akselerator kanker

    11. Carbazole à Akselerator kanker

    12. Catechol à membantu timbulnya kanker dan menyebabkan iritasi

    1. Dalam bentuk asap rokok:

    1. Carbon Monoxide à mengganggu transport dan pemakaian oksigen à pusing

    2. Hydrocyanic acid à iritasi saluran nafas dan merusak cilia (rambut-rambut halus di saluran nafas)

    3. Acetaldehyde à iritasi saluran nafas dan merusak cilia

    4. Acrolein à iritasi saluran nafas dan merusak cilia

    5. Ammonia à iritasi saluran nafas dan merusak cilia

    6. Formaldehyde à iritasi saluran nafas dan merusak cilia

    7. Oxides of nitrogen à iritasi saluran nafas dan merusak cilia

    8. Nitrosamines à menyebabkan kanker

    9. Hydrazine à menyebabkan kanker

    10.Vinyl chloride à menyebabkan kanker

    11. Dan lain-lain

    Perokok pasif juga mempunyai resiko yang sama besar dengan perokok aktif. Juga bisa mencetuskan penyakit asma, pneumonia, bronkhitis dan gangguan sirkulasi darah.

    Efek-efek negatif rokok yang lebih besar dibandingkan dengan efek positifnya seperti menyebabkan kerusakan saluran nafas, kanker, gangguan jantung, stroke, prematur dan kematian janin dalam kandungan pada ibu yang hamil dsb seperti tadi disebutkan di atas. Konon katanya total ada 4000 macam zat yang ditemukan dalam rokok dan kandungannya.

    (dr.Yandi Ariffudin)

    Cara Melakukan RJP

    Bagaimanakah Cara melakukan RJP? Klik di

    http://theyandi.blogspot.com/2008/02/bagaimana-cara-melakukan-rjp-resusitasi.html

    Menurunkan Tekanan Darah Tinggi dengan mengatur pola hidup



    Tekanan Darah tinggi yang tidak diobati dan dikendalikan bisa menyebabkan penyakit- penyakit yang berbahaya di kemudian hari. Dari mulai stroke, payah jantung, gangguan ginjal, sakit kepala dan sebagainya.

    Kapan Seseorang dikatakan menderita tekanan darah tinggi?

    Yang paling terukur adalah melakukan pemeriksaan tekanan darah tinggi menggunakan sphygmomanometer. The Seventh Report of the Joint National Committee (JNC7) dilakukan klasifikasi tekanan darah berdasarkan berikut (dilihat dari tekanan darah systole (atas) dan tekanan darah Diastole (bawah):

    Klasifikasi tekanan darah

    Sistole (mmHg)

    Diastole (mmHg)

    Normal

    Prehipertensi

    Hipertensi Stadium 1

    Hipertensi Stadium 2

    <120

    120 – 139

    140 – 159

    >=160

    Dan <80

    Atau 80-89

    Atau 90-99

    Atau >=100

    Tidak semua derajat tekanan darah menggunakan obat, yang membutuhkan obat-obatan adalah hipertensi stadium 1 dan 2, sedangkan prehipertensi atau tekanan darah normal yang disertai komplikasi diabetes atau gagal ginjal kronis, cukup diatasi dengan modifikasi gaya hidup. Tentu saja pengaturan gaya hidup ini berlaku juga untuk hipertensi stadium 1 dan 2.

    Mungkin sering kita dengar dari dokter, atau baca di majalah, koran dan sebagainya mengenai pengaturan gaya hidup ini. Tapi yang disampaikan masih belum jelas, termasuk bagaimana dan target apa yang dicapai.

    Dalam journal yang dikeluarkan oleh National Heart, Lung and Blood Institute U.S Departement of Health and Human Service, disebutkan tentang panduan dalam modifikasi gaya hidup itu seperti di bawah ini:

    Modifikasi

    Rekomendasi

    Perkiraan Penurunan tekanan darah sistole

    Pengurangan berat badan

    Dipertahankan dalam body mass index (18,5 – 24,9 kg/m2)

    5-20 mmHg / 10 kg pengurangan berat badan

    Pengaturan diet

    Makan banyak buah, sayur dan produk rendah lemak jenuh

    8-14 mmHg

    Diet rendah garam

    Tak lebih dari 2,4 g natrium atau 6 gram natrium khlorida (garam dapur) / per hari

    2- 8 mmHg

    Aktifitas Fisik

    Olahraga aerobik misal jalan cepat selama 30 menit

    4-9 mmHg

    Pengurangan konsumsi alkohol

    Sebaiknya tidak mengkonsumsi atau minimal 2 kali minum (1 oz atau 30 ml ethanol)

    2-4 mmHg

    Keterangan:

    Body Mass Indeks (BMI) diukur dengan rumus:

    BMI= BB (kg) / (tinggi badan dalam meter)2

    BMI dipertahankan dalam rentang 18,5 -24,9 kg/m2

    Demikian, semoga bermanfaat

    (Yandi Ariffudin-dari berbagai sumber)

    Suplemen Kalsium Meningkatkan Risiko Kardiovaskular?


    Kalbe.co.id - Sebuah penelitian memperlihatkan bahwa suplemen kalsium diperkirakan dapat meningkatkan kejadian vaskular pada wanita usia lanjut. Temuan ini tidak diperkirakan sebelumnya, karena penelitian-penelitian sebelumnya memperlihatkan bahwa suplemen kalsium dapat memperbaiki kadar kolesterol darah. Hal ini dikatakan oleh dr. Ian R Reid ( Kalbe.co.id - University of Auckland, New Zealand).

    Hal ini tentulah sangat mengejutkan, karena pasar untuk suplemen kalsium mencapai 3 milyar dolar tiap tahunnya. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh dr. Mark J Bolland (University of Auckland, New Zealand) dan rekan, bertujuan untuk mengetahui pengaruh suplemen kalsium pada densitas tulang. Sejak awal penelitian diperkirakan bahwa kalsium dapat mencegah serangan jantung. Namun sangatlah mengejutkan bahwa yang terlihat bukannya penurunan, melainkan peningkatan kejadian serangan jantung. Hasilnya tampaknya begitu meyakinkan. Dari 3 penelitian sebelumnya, termasuk salah satunya dari Women's Health Initiative (WHI) di Amerika Serikat, memperlihatkan bahwa tidak ada perbaikan yang bermakna pada penurunan angka kejadian serangan jantung setelah pemberian suplemen kalsium, sebaliknya ada kecenderungan peningkatan risiko.

    Banyak peneliti yang mengatakan bahwa masih terlalu dini untuk memberikan pernyataan mengenai hal ini. Judy O'Sullivan, jurubicara daripada British Heart Foundation mengatakan bahwa harus dilakukan penelitian-penelitian yang lebih agresif, sebelum diambil kesimpulan mengenai suplemen kalsium. Setiap orang yang telah diberikan suplenmen kalsium oleh dokter untuk memberikan perlindungan pada tulang dianjurkan untuk terus mengkonsumsi suplemen kalsium dan tidak menghentikan sendiri pemberian suplemen tanpa berkonsultasi dahulu dengan dokter.

    Hasil penelitian :

    * Angka kejadian IM, stroke, dan end point gabungan lebih banyak ditemukan pada kelompok yang diberikan kalsium

    * Namun apabila kejadian angka masuk rumah sakit di New Zealand dari pusat data nasional yang tidak dilaporkan juga ditambahkan, angka kejadian risiko relatif IM adalah 1,49 (p=0,16) dan risiko relatif end point gabungan adalah 1,21 (p=0,32), bila dibandingkan antara kelompok yang diberikan kalsium dengan kelompok yang diberikan plasebo.

    Dari hasil penelitian di atas diketahui bahwa penelitian ini dengan jelas memperlihatkan bahwa ada hubungan antara pemberian kalsium dengan angka kejadian kardiovaskular. Namun masalah ini perlu dilihat dengan hati-hati sebelum mengambil keputusan apapun yang berhubungan dengan suplementasi kalsium. Ditambahkan lebih lanjut oleh editor bahwa hasil penelitian ini sulit untuk diinterpretasi, mengingat ada beberapa kelemahan dalam penelitian yang pada akhirnya menyebabkan hasil yang lebih tinggi pada kelompok kalsium.

    Penelitian-penelitian sebelumnya yang telah dilakukan adalah di Inggris, Australia dan Amerika Serikat. Dengan adanya penelitian di New Zealand sebagai penelitian ke-4, terlihat adanya kecenderungan yang menghubungkan antara serangan jantung dengan suplementasi kalsium. Hasil penelitian ini meningkatkan kewaspadaan terhadap kejadian IM pada wanita pasca menopause yang menerima suplemen kalsium.

    Selain itu para peneliti mengingatkan akan pentingnya faktor umur. Umur wanita yang mengikuti penelitian di New Zealand sudah sangat tua (rata-rata berumur 70 tahun), demikian pula dengan pasien wanita pada penelitian di Australia. Wanita yang mengikuti penelitian di Amerika dan Inggris 10 tahun lebih muda. Ada kecenderungan peningkatan kejadian kardiovaskular yang lebih kuat pada kelompok wanita yang berumur lebih tua, sehingga ada anggapan bahwa penggunaan kalsium pada pasien wanita yang lebih muda lebih aman, dibandingkan dengan pemberian kalsium pada kelompok umur yang lebih tua.

    Jikalau benar, mengapa kalsium dapat meningkatkan angka kajadian kardiovaskular? Diperkirakan bahwa asupan kalsium yang tinggi, apalagi bila pemberian kalsium secara intravena dapat mempercepat penempelan kalsium pada dinding pembuluh darah. Apabila pasien sudah menderita penyakit jantung, maka penambahan kalsium dianggap meningkatkan kejadian kardiovaskular. Sebaliknya, apabila pasien pada usia lanjut, namun memiliki arteri koroner yang baik, pemberian sulplemen kalsium dianggap tidak akan memberikan masalah yang berarti. Namun pendapat inipun belum bisa dibuktikan dengan pasti.

    Dalam penelitian ini terbukti bahwa suplemen kalsium dapat menghambat osteoporosis. Pemberian kalsium dengan dosis 500 mg tidaklah sekuat 1 mg untuk mencegah osteoporosis, namun memiliki profil lebih aman. Bagi pasien yang sudah menderita osteoporosis dianjurkan untuk diterapi dengan obat-obat yang spesifik untuk terapi osteoporosis dan tidak mengandalkan suplemen kalsium saja.

    Selanjutnya dr Reid dan rekan memiliki sejumlah rencana untuk meneliti hal ini lebih lanjut. Mereka juga telah menyelesaikan penelitian yang melibatkan pasien pria, yang lebih muda, dengan mengamati kalsium pada arteri koroner. Selain itu mereka merencanakan untuk membuat sebuah metaanalisis yang melibatkan penelitian yang telah dilakukannya (di New Zealand) dengan penelitian yang telah dilakukan di Inggris, Amerika Serikat dan Australia.

    Kesimpulan:

    * Menurut penelitian yang telah dilakukan di New Zealand, dan didukung oleh beberapa penelitian sebelimnya yang dilakukan di Amerika Serikat, Australia, dan Inggris, pemberian suplemen kalsium (1 gram) pada pasien wanita pasca menopause meningkatkan risiko kejadian kardiovaskular.

    * Sebelum ada penjelasan dan hasil yang pasti mengenai hal ini, pasien yang oleh dokternya diberikan suplemen kalsium dianjurkan untuk meneruskan konsumsi suplemen kalsium.

    * Pasien yang sudah menderita osteoporosis dianjurkan untuk tidak mengandalkan suplemen kalsium, melainkan menerima terapi yang spesifik untuk osteoporosis disamping suplemen kalsium.

    * Penelitian lanjutan telah dilakukan yang melibatkan pasien pria dengan usia lebih muda, sedangkan meta-analisis antar penelitian-penelitian yang pernah dilakukan sedang dibicarakan.